Optimisme Noorel Idea menghadapi era digitalisasi
“Optimisme yang dibutuhkan haruslah terukur. Tidak berlebihan. Kata
Imam Ghazali, sesuatu yang serba terlalu akan memantulkan kebalikanya “
Saat kinerja tidak sementereng yang diharapkan, anda punya
banyak pilihan untuk meresponya. Anda bisa saja memilih meratapi segala faktor
penyebabnya, lalu pasrah dengan keadaan itu. Bisa pula memutuskan untuk
mengeratkan gandengan tangan, lalu bersama memikirkan jalan keluarnya.
Ketika memutuskan untuk bergandengan tangan lebih erat, Anda
membutuhkan beberapa rangkaian kekuatan untuk menjalaninya. Salah satunya adaah
Optimisme. Kekuatan ini berbentuk sikap yakin adanya hasil kerja yang lebih
baik.
Tahun lalu, rapor kinerja beberapa perusahaan tidak
segemilang periode periode sebelumnya. Produksi belum memenuhi target.
Evaluasi terus menggelinding. Sederet masalah harus menjadi
tantangan untuk di taklukan. Tidak menyerah pada keadaan. Kesepakatan untuk
memupuk optimisme untuk melalui rintangan yang ada adalah energi positif
membangun dari keterpurukan.
Optimisme yang di tebar juga harus berdasar dan beralasan,
bukan tanpa perencanaan yang matang. Kata lainnya adalah menegaskan sasaran
yang tidak sembarangan. Berdasarkan realitas dan akal sehat.
Jangan sampai menari diatas nada optimisme yang pura pura,
fantasi, dan hayalan. Tanpa alasan yang jelas, optimisme tidak lebih dari
sebuah kepura puraan. Dan ingat,
optimisme hanyalah sebuah perangkat alat untuk mencapai tujuan, bukan
tujuan itu sendiri.
Perencanaan haruslah menghindari nafsu perencanaan yang
terlihat “wah’. Lalu dibungkus rasa
percaya diri untuk menjalankan dengan baik dan benar.
optimisme yang terukur...
BalasHapus